• Facebook
  • Twitter
  • Line
  • Instagram
  • Youtube
Universitas Gadjah Mada Klinik Agromina Bahari
Fakultas Pertanian
Universitas Gadjah Mada
  • Beranda
  • Profil KAB
    • Visi Misi
    • Susunan Kabinet
  • Bank Soal
  • EVENT KAB
  • Press Release
  • Opini
    • PEKAT (PENGETAHUAN SINGKAT)
    • Opini Mahasiswa
  • RENSTRA KAB
  • Beranda
  • Opini
  • page. 2
Arsip:

Opini

PEKAT AGUSTUS: Pemuda Dalam Kemerdekaan Indonesia

OpiniOpini MahasiswaPEKAT (PENGETAHUAN SINGKAT) Wednesday, 18 August 2021

PENGETAHUAN SINGKAT:

PEMUDA DALAM KEMERDEKAAN INDONESIA 

Latar Belakang Pendudukan Jepang 

Pada masa pendudukan Jepang, selama kurang lebih tiga setengah tahun (1942-1945) adalah salah satu periode yang paling menentukan dalam sejarah Indonesia.  Masa pendudukan Jepang di Indonesia dimulai pada tahun 1942 dan berakhir pada tanggal 17 Agustus 1945 seiring dengan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia oleh Soekarno dan M. Hatta atas nama bangsa Indonesia. 

Dalam masa pendudukan Jepang ini lah, rakyat Indonesia mendapatkan tekanan yang besar, baik secara fisik maupun psikis. Terlepas dari segala penindasan yang terjadi, ada hal menarik yang muncul dari kebijakan Jepang kala itu. Kebijakan-kebijakan Jepang membangun kesadaran nasional yang jauh lebih besar daripada masa pendudukan Belanda. Hal ini diawali dengan doktrinisasi rakyat, melatih dan mempersenjatai generasi muda, dan memberikan kesempatan pemimpin tua untuk dapat lebih dekat dengan rakyat. Pelibatan seluruh potensi dan komponen rakyat Indonesia itu lah yang kemudian dapat memperkuat rasa nasionalisme.  read more

PEKAT JULI: Apa Itu Food Estate?

OpiniOpini MahasiswaPEKAT (PENGETAHUAN SINGKAT) Thursday, 29 July 2021

Pengetahuan Singkat:

Apa Itu Food Estate?

  1. Pengertian Food Estate

Food estate merupakan pengembangan pangan dalam skala luas yang dilakukan secara terintegrasi mencakup pertanian, perkebunan, dan peternakan di suatu kawasan (Santosa, 2014). Food estate menjadi salah satu ujung tombak dalam strategi ketahanan pangan di masa pandemi dan Program Strategis Nasional (PSN) 2020-2024 (Wulandani dan Anggraini, 2020). Selain itu, Program ini dibuat sebagai bentuk antisipasi terhadap krisis pangan seperti prediksi FAO dengan menjadikannya sebagai pusat pertanian pangan untuk cadangan logistik strategis bagi pertahanan negara (Yestati dan Noor, 2021). Food estate diarahkan ke sistem agribisnis yang berakar kuat di pedesaan berbasis pemberdayaan masyarakat adat/lokal yang merupakan landasan dalam pengembangan wilayah (Setiawan, 2021). read more

Serangga Entomofaga: Predator Pengendali Hama Serangga Alami

OpiniOpini Mahasiswa Thursday, 29 July 2021

Yuk Kenalan dengan Serangga Entomofaga: Predator Pengendali Hama Serangga Alami

Oleh: M. Hanan Rafi

Serangga merupakan organisme yang jumlahnya paling dominan di bumi. Keberadaan serangga pada pertanian dapat menimbulkan dampak yang positif maupun negatif. Serangga yang memiliki peran positif dalam dunia atau ekosistem pertanian salah satunya yaitu jenis serangga entomofoga. Serangga entomofoga yaitu serangga yang memangsa serangga lain untuk dapat terus berkembang biak. Serangga entomofoga terbagi menjadi dua tipe yaitu parasitoid dan predator (Siriyah et al.,2018). Serangga parasitoid yaitu serangga yang membutuhkan inang dalam fase hidupnya, sedangkan serangga predator yaitu serangga yang membutuhkan banyak mangsa atau terus mencari mangsa untuk dapat bertahan hidup. read more

Tahukah kamu Tanaman Transgenik?

OpiniOpini Mahasiswa Thursday, 1 July 2021

Tanaman Transgenik : Tanaman Hasil Rekayasa Genetik

Tanaman transgenik merupakan suatu tanaman yang memiliki gen atau telah disisipi gen dari organisme lain, dan dapat pula disebut sebagai Genetically Modified Organism (organisme yang termodifikasi secara genetik) (Tando&Juradi, 2019). Penyisipan gen ini umumnya lebih diarahkan ke tanaman pangan untuk menciptakan kualitas pangan yang lebih baik daripada sebelumnya. Selain itu, gen juga bertujuan untuk diperoleh sifat baru yang unggul dan diinginkan, misalnya resisten terhadap cekaman kekeringan, resisten terhadap hama, resisten terhadap herbisida. read more

PEKAT JUNI: Status Populasi dari Pesut Mahakam (Orcaella brevirostris)

OpiniOpini MahasiswaPEKAT (PENGETAHUAN SINGKAT) Thursday, 1 July 2021

PENGETAHUAN SINGKAT

Status Populasi dari Pesut Mahakam (Orcaella brevirostris)

Pertengahan tahun 2020 lalu, kita dikejutkan dengan kemunculan kembali dari pesut mahakam di sungai Mahakam, Kalimantan Timur. Kejadian ini menjadi sebuah berita hangat tersendiri dikalangan bersama, karena pesut mahakam telah lama tidak terlihat di sungai tersebut. Dimana berita tersebut menyebar luas terutama di halaman beranda di beberapa media sosial seperti Twitter dan Instagram.

Orcaella brevirostris atau pesut mahakam atau juga bisa disebut lumba-lumba air tawar merupakan famili dari Orcellidae, Delphinapteridae, dan Monodontidae yang didalamnya bersamaan dengan beluga. Pesut mahakam memiliki kepala bulat dengan lubang sembur berbentuk bulan sabit diatasnya, serta memiliki lipatan leher di bagian posterior. Punggung bagian atas dari pesut akan mencolok saat ia menyelam dan gesture lompatan saat berenang melawan arus, mengalami gangguan, dan bersosialisasi. Pesut Mahakam umumnya berada di habitat seperti Danau Melintang, Sungai Pella, Danau Jempang, Danau Semayang, dan Sungai Mahakam yang berada di Kalimantan Timur. read more

PEKAT JUNI: Mengenal Lahan Marginal

OpiniOpini MahasiswaPEKAT (PENGETAHUAN SINGKAT) Wednesday, 16 June 2021

Pengetahuan Singkat

“Mengenal Lahan Marginal”

Lahan marginal merupakan lahan  kering  yang  memiliki  kandungan  hara terbatas. Apabila tanaman semusim ditanam pada usaha tani lahan marginal maka produktivitasnya relatif rendah serta mengalami permasalahan sosial ekonomi, seperti peningkatan tekanan penduduk dan permasalahan biofisik. Salah satu contoh lahan marginal yaitu lahan pasir pantai. Lahan pasir pantai adalah salah satu lahan yang memiliki banyak faktor keterbatasan dan menjadi kendala bagi para petani untuk melakukan budidaya tanaman. Lahan pasir sangat minim akan bahan organik, hal tersebut yang menyebabkan lahan pasir memiliki daya ikat air yang rendah, dan menyebabkan perubahan suhu yang drastis. read more

ZERO HUNGER. Apa itu?

OpiniOpini Mahasiswa Thursday, 10 June 2021

Zero Hunger

Zero hunger merupakan satu dari tujuh belas tujuan SDGs untuk memperbaiki dunia. Zero hunger ada karena munculnya berbagai permasalahan pokok yang berhubungan dengan kelaparan. Berdasarkan Global Hunger Index (GHI), tahun 2018 Indonesia memiliki indeks kelaparan sebesar 21,9 yang masuk dalam kategori masalah kelaparan serius. Di tingkat ASEAN posisi Indonesia lebih buruk dibandingkan dengan Filipina, Myanmar, Vietnam, Malaysia, dan Thailand (Abdurrahim, 2021). Masalah kelaparan sendiri tidak dapat dilepaskan dari kurang gizi dan gizi buruk. Akhir-akhir ini masalah kekurangan gizi dan gizi buruk mendapat banyak perhatian khususnya terkait dengan gizi kronis yang menyebabkan bentuk anak menjadi pendek (stunting) dan kurang gizi akut yang menyebabkan anak menjadi kurus (wasting). Menurut UNICEF tahun 2011, Indonesia termasuk dalam 5 negara dengan angka balita stunting tertinggi yaitu 7,5 juta balita dengan prevalensi stunting di Indonesia lebih tinggi dari negara-negara Asia Tenggara lain seperti Myanmar (35%), Vietnam (23%), dan Thailand (16%) (Millennium Challenge Account Indonesia, 2014 cit. Djauhari, 2017). Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 pada anak balita di Indonesia, diketahui bahwa prevalensi kejadian stunting secara nasional (TB/U) sebesar 37,2%, underweight atau gizi buruk (BB/U) 19,6%, dan wasting atau kurus (BB/TB) 5,3% (Badan Pengembangan & Penelitian Kesehatan, 2013 cit. Djauhari, 2017). read more

PEKAT JUNI: Sudah tahukah kalian, ada pembungkus produk pangan yang bisa dimakan?

OpiniOpini MahasiswaPEKAT (PENGETAHUAN SINGKAT) Saturday, 5 June 2021

PENGETAHUAN SINGKAT

Sudah tahukah kalian, ada pembungkus produk pangan yang bisa dimakan?

Yap, pembungkus produk pangan yang bisa dimakan dikenal dengan istilah edible film/coating. Perbedaan dari kedua pengemasan ini yaitu coating diaplikasikan dan dibentuk secara langsung di permukaan bahan pangan sedangkan film berbentuk lapisan tipis yang diaplikasikan setelah sebelumnya dicetak dalam bentuk lembaran.

Edible film adalah lapisan tipis memiliki fungsi sebagai pengemas atau pelapis makanan yang dapat dimakan bersama dengan produk yang dikemas. Digunakan juga sebagai pelapis permukaan komponen makanan yang berfungsi untuk menghambat migrasi kelembaban, oksigen, karbondioksidam aroma, dan lipid. Komponen dasar penyusun edible film yaitu Hidrokoloid (protein, polisakarida, alginat), lipid (asam lemak, asil gliserol, wax), dan komposit (campuran hidrokoloid dan lipid). Ketiga polimer tersebut mempunyai sifat termoplastik, sehingga mempunyai potensi untuk dibentuk atau dicetak sebagai film kemasan. Keunggulan polimer ini adalah bahannya yang berasal dari sumber yang terbarukan (renewable) dan dapat dihancurkan secara alami (biodegradable). read more

PEKAT: Asal Usul Beras Shirataki dan Manfaat Mengkonsumsinya

OpiniOpini MahasiswaPEKAT (PENGETAHUAN SINGKAT)Umum Monday, 31 May 2021

Asal Usul Beras Shirataki dan Manfaat Mengkonsumsinya

Oleh: Rizqi R

Beras shirataki menjadi tren sebagai pengganti beras padi beberapa waktu lalu di kalangan penggiat diet sehat hampir di seluruh media sosial. Beras shirataki sendiri merupakan olahan dari tepung konjac yang berasal dari spesies Amorphophallus sp. atau dikenal dengan nama iles-iles di Indonesia, suweg di Jawa, acung di Sunda dan kruwu di Madura (Sugiyama dan Edi, 2015). Beras shirataki yang umumnya beredar di pasaran merupakan produk impor yang berasal dari negara asal inovasi nasi konjac ini, yaitu Jepang. read more

PENGELOLAAN PERTANIAN BERKELANJUTAN

OpiniOpini MahasiswaUmum Tuesday, 25 May 2021

PENGELOLAAN PERTANIAN BERKELANJUTAN

Oleh: Della Febriana, Erica Galih Ayu P, Hisyam Sya’bani, dan Sania Sita D

Tahun 1980-an, dirumuskan suatu konsep pertanian berkelanjutan dimana pada strategi pembangunan sebelumnya berfokus pada pertumbuhan ekonomi tinggi yang menyebabkan terjadinya degradasi kapasitas produksi dan menurunkan kualitas lingkungan hidup. Hasil dari kongres Komisi Dunia Mengenai Lingkungan dan Pembangunan (World Comission on Environment and Development) PBB pada tahun 1987 merumuskan konsep pertanian berkelanjutan ini dalam Laporan Bruntland. Laporan berisi bahwa pembangunan berkelanjutan merupakan pembangunan yang mewujudkan kebutuhan hidup saat ini tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk mewujudkan kebutuhan hidupnya (Rivai & Anugrah, 2011). Dilanjut tahun 1992, seluruh pemimpin dunia membahas konsep pembangunan berkelanjutan pada semua aspek kehidupan yang dikenal dengan nama Agenda 21. Pada sektor pertanian, terdapat program Sustainable Agriculture and Rural Development (SARD). Dalam kaitannya mewujudkan kondisi lingkungan yang lebih baik lagi sehingga pertanian berkelanjutan menjadi prinsip dasar pembangunan pertanian seluruh dunia (Rivai & Anugrah, 2011). read more

123

Recent Posts

  • TEMULAWAK: Teknologi Nanobubble di Bidang Perikanan
  • Strategi Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim melalui PROKLIM di Desa Wukirsari, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta
  • Pengelanan Pengurus Organisasi Mahasiswa Klinik Agromina Bahari tahun 2022
  • Pengenalan Organisasi Mahasiswa Klinik Agromina Bahari Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada
  • PRESS RELEASE: Sosialisasi dan Peresmian PROKLIM kepada Masyarakat dan Stakeholder di Padukuhan Bedoyo, Kalurahan Wukirsari, Kapanewon Cangkringan, Kabupaten Sleman
Universitas Gadjah Mada

KAB – Fakultas Pertanian
Universitas Gadjah Mada
JL. Flora, Bulaksumur, Karang Malang, Caturtunggal, Kec. Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55281
   @ugm.ac.id
   +62 (274)
   +62 (274)

© Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY

[EN] We use cookies to help our viewer get the best experience on our website. -- [ID] Kami menggunakan cookie untuk membantu pengunjung kami mendapatkan pengalaman terbaik di situs web kami.I Agree / Saya Setuju