Dari Redaksi
Puji syukur ke hadirat Alloh SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga buletin INTERMEZO Klinik Agromina Bahari ini dapat terbit dan hadir di hadapan pembaca sekalian. Tim redaksi mengucapkan terimakasih kepada DR. Jamhari S. P., M. P. selaku pelindung buletin Intermezo, Dr. Ir Murwantoko M.Si. selaku penasihat, Deni Muslifah selaku ketua KAB 2014 dan penanggungjawab, teman-teman PH (Pengurus Harian), serta seluruh punggawa KAB yang telah mendukung dan membantu terselesaikannya buletin INTERMEZO edisi Agustus 2014.
Silahkan download hasil TOEFL Prediction KAB yang diadakan di KPTU Pertanian UGM 8 Juni lalu dengan klik link di bawah ini:
[pdfjs-viewer url=http://web03.opencloud.dssdi.ugm.ac.id/wp-content/uploads/sites/826/2014/06/TOEFL-PREDICTION-RESULT-KAB-1.pdf viewer_width=700px viewer_height=700px fullscreen=true download=true print=true openfile=false]
Meningkatnya wacana untuk mengembalikan fungsi gerakan mahasiswa yang berbasis intelektual dan keilmuan menjadi salah satu faktor yang turut mendukung lahirnya Klinik Agromina Bahari. Pasca reformasi sebagian besar gerakan mahasiswa lebih cenderung ke arah gerakan masa kritis yang turun ke jalan dan sangat reaktif terhadap issue-issue lokal dan nasional. Namun disisi lain, kapasitas sebagai mahasiswa terkadang tidak berbanding lurus dengan kekritisannya. Indeks prestasi yang jeblok, pemahaman yang kurang terhadap bidang keilmuannya,serta kurangnya kontribusi real mahasiswa menjadi problem yang mencoreng fungsi dan peran mahasiswa itu sendiri.
Oleh: Muhammad Yusron Mufid*
Negeri zamrud khatulistiwa. Pepatah jawa menyatakan gemah ripah loh jinawi. Tongkat kayu dan batu jadi tanaman kata koes plus. Itulah negeri permai bernama indonesia. Sebuah negeri harta karun dari asia tenggara.
Sumber daya alam dan hayati Indonesia dikenal sangat beragam. Sayangnya sumber daya tersebut belum mampu diolah dan dikelola secara optimal dan berkelanjutan. Oleh karena itu diperlukan sumberdaya manusia yang bermental tangguh, disiplin, serius,
Ketertinggalan daerah satelit diakibatkan oleh ketidak pedulian negara dan atau pemerintah pusat sehingga penduduk di pedesaan dibiarkan dengan permasalahannya sendiri. (K.P. Clements, dalam Sabian, 2005:44)