Peningkatan Ketahanan Pangan dan Upaya Mengurangi Sampah Plastik Melalui Hidroponik Ketika Pandemi Covid-19
Seiring peningkatan jumlah penduduk, perubahan pola konsumsi dan gaya hidup masyarakat berkontribusi dalam meningkatkan jumlah sampah dengan keragaman jenis dan karakteristik yang berbeda-beda. Meningkatnya jumlah sampah yang dihasilkan mendorong manusia mau tidak mau harus mengelola sampah agar tidak menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan. Salah satu sampah yang paling mendominasi tempat pembuangan sampah (TPS) adalah sampah plastik yang berasal dari limbah rumah tangga dan industri. Menumpuknya sampah plastik disebabkan oleh sulitnya bahan plastik terdegradasi di alam karena plastik merupakan bahan sintetis yang mempunyai rantai karbon yang panjang (Nasution, 2015). Meningkatnya penggunaan plastik berbanding lurus dengan meningkatnya limbah plastik yang dapat merusak keseimbangan alam.
Di masa pandemi ini, tidak heran apabila penggunaan sampah plastik meningkat drastis. Di Indonesia sendiri, penggunaan sampah plastik meningkat seiring dengan adanya pandemi Covid-19. Hal tersebut disebabkan oleh meningkatnya kegiatan belanja secara online. The National Plastic Action Partnership (NPAP) mencatat ada sekitar 4,8 juta ton per tahun sampah plastik di Indonesia tidak terkelola dengan baik seperti dibakar di ruang terbuka (48%), tidak dikelola dengan layak di tempat pembuangan sampah resmi (13%), dan sisanya mencemari saluran air dan laut (9%). Berdasarkan riset yang dilakukan oleh Lembaga Ilmu Penelitian Indonesia (LIPI) pada media April-Mei 2020, adanya pembatasan sosial di masyarakat menyebabkan penggunaan sampah plastik di Indonesia meningkat karena sebagian besar masyarakat melakukan belanja secara online dimana pengemasannya menggunakan plastik. Dilansir dari media Liputan6.com, peningkatan tersebut sejalan dengan maraknya belanja online berbentuk paket yang meningkat sebesar 62%, sedangkan belanja online berbentuk layanan pesan antar makanan siap saji naik sebesar 47%. Apabila ditinjau dari frekuensinya, belanja online selama masa pandemi naik menjadi 1-10 kali dari yang sebelumnya 1-5 kali perbulan.
Covid-19 di Indonesia menyebar dengan cepat, sehingga memerlukan penanganan yang tepat. PSBB atau Pembatasan Sosial Berskala Besar merupakan salah satu upaya pemerintah dalam mengatasi Covid-19. Sayangnya, upaya untuk mengatasi penyebaran Covid-19 tersebut juga berdampak pada distribusi pangan Indonesia. Terganggunya rantai pasok global menandakan bahwa kondisi ketahanan pangan Indonesia cukup mengkhawatirkan. Ketahanan pangan dapat ditentukan dari akses fisik, kemampuan ekonomi, ketersediaan, dan akses terhadap pangan baik pada pembelian maupun produksi. Ketersediaan pangan pokok di kota-kota tertentu baik di kuantitas maupun harga juga mengakibatkan menurunnya serapan hasil tani. Selain itu, menurut data BPS (2020), kinerja pertumbuhan ekonomi kuartal I pada tahun 2020 menurun sebanyak 2,97%. Kondisi ini mengakibatkan adanya penyempitan lapangan kerja, seperti adanya pemutusan hubungan kerja sehingga berdampak pada menurunnya pendapatan dan daya beli masyarakat. Adanya kenaikan harga dan penurunan pendapatan akibat pandemi Covid-19 ini menyebabkan menurunnya permintaan pada sejumlah bahan pangan tertentu. Oleh karena itu, untuk menghadapi krisis tersebut, maka perlu strategi untuk mempertahankan ketersediaan pangan.
Sampah plastik tentunya menjadi isu hangat di beberapa waktu belakangan ini, yang mana merupakan faktor utama penyebab tercemarnya lingkungan baik darat maupun laut dan merupakan salah satu indikator pemanasan global walaupun tidak begitu terlihat nyata. Sampah plastik sendiri tergolong dalam sampah kering (anorganik) yang memerlukan waktu lama untuk terurai khususnya di tanah dan dalam pengolahannya dapat bersifat korosif dan toxic. Dampak yang ditimbulkan sampah pada umumnya dapat dibedakan menjadi 2, yaitu positif dan negatif. Dampak positif dari sampah diantaranya (1) pupuk untuk ekosistem, (2) sebagai energi alternatif, dan (3) lapangan pekerjaan baru, kemudian dampak negatif dari sampah (1) sumber penyakit, (2) sumber bencana (banjir, longsor, kebakaran), (3) sumber kerusakan ekologis, (4) sumber ketidak estetika-an suatu wilayah, dan (5) sumber bau tidak sedap (Waruwu, 2007). Sementara itu, menurut Purwaningrum (2017), dampak sampah plastik menyebabkan pencemaran tanah yang mengakibatkan terganggunya rantai ekologi mulai dari air, tanah, dan organisme yang menyebabkan keracunan dan gangguan kesuburan; kematian organisme akibat pembatasan ruang gerak; pendangkalan serta penyumbatan sungai.
Adapun cara-cara yang dapat dilakukan untuk menekan jumlah sampah plastik dapat dilakukan dengan mengurangi penggunaan kantong belanja berbahan dasar plastik, mendaur ulang limbah plastik menjadi barang yang memiliki nilai ekonomi serta mengganti bahan plastik menggunakan bahan yang bersifat biodegradable (Nasution, 2015). Salah satu upaya lain yang dapat dilakukan untuk mengurangi limbah plastik rumah tangga adalah mendaur ulang botol bekas minuman menjadi wadah untuk melakukan penanaman dengan metode hidroponik. Selain mengurangi limbah plastik, kegiatan ini juga dapat menekan angka pengeluaran dapur yang biasanya digunakan untuk membeli bahan masak, seperti sayur dan cabai. Ada banyak metode hidroponik yang dapat diterapkan di rumah dengan memanfaatkan ruang sisa dan limbah plastik yang ada di rumah. Kegiatan menanam menggunakan metode hidroponik sangat efisien diterapkan di lingkungan rumah tangga karena dilakukan dengan teknik menanam tanpa media tanah melainkan menggunakan media dari kerikil, pasir kasar, sabut kelapa dan air sehingga tidak memerlukan lahan yang banyak (Monikasari, 2020). Adapun teknik metode hidroponik, ada yang sangat sederhana hingga modern dengan menggunakan alat lain. Adapun metode hidroponik yang paling sederhana dapat dilakukan dengan teknik Wick System. Metode ini dapat dilakukan dengan menggunakan botol bekas sebagai wadah untuk nutrisi dan menggunakan kain flanel atau sumbu sebagai media penyerapan air nutrisi. Singkatnya, metode Wick System bekerja seperti cara kerja kompor minyak tanah (Tallei, et al., 2017).
(sumber: Tallei, et al, 2017)
Selanjutnya ada metode hidroponik Ebb and Flow yang memiliki sistem seperti infus dengan dua perbedaan wadah. Wadah pertama sebagai wadah media tanam dan wadah kedua sebagai wadah yang menampung larutan nutrien (Monikasari, 2020).
Selanjutnya adalah teknik NFT (Nutrient Film Technique) yang merupakan teknik yang sering diterapkan karena sistem penanamannya akar tanaman langsung bersinggungan dengan air nutrien sehingga akar lebih banyak memiliki kesempatan untuk mengambil oksigen sehingga tumbuh lebih cepat dan berkembang dengan baik (Monikasari, 2020)
Hidroponik memiliki beberapa tahapan dalam pembuatannya. Tahapan pembuatan hidroponik, yaitu pembuatan instalasi hidroponik, pembuatan larutan nutrisi, dan persiapan tanaman yang akan ditanam. Pembuatan instalasi hidroponik harus disesuaikan dengan kebutuhan petani dan tanaman. Alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan hidroponik disesuaikan dengan teknik yang ingin diterapkan. Salah satu contoh teknik pembuatan yang sering digunakan dalam hidroponik, yaitu NFT. Pembuatan hidroponik teknik NFT membutuhkan alat dan bahan berupa talang air, penutup talang atau styrofoam, kran pembuka dan penutup 0.5 inci, pipa PVC 0.5, 1, dan 2 inci, selang plastik 3-5 mm, knee T 0.5, 1, dan 2 inci, pompa air aquarium, bak penampung, solartuff atau atap plastik, dop 0.5, 1, dan 2 inci, serta tutup talang. Cara pembuatan hidroponik NFT, yaitu memasang tempat tanaman yang akan diletakkan. Talang air dipasang di meja tiga susun dengan jarak 5 cm. Selang plastik dipasang di penutup talang lalu pipa PVC 1 inci dipasang di bagian outlet dengan tali plastik. Bak penampung diletakkan di bawah meja. Pipa PVC 2 inci diberi lubang (5 cm) dan dipasang untuk mengalirkan air ke balikan ke penampung. Selang plastik diberi lubang (2 cm) dan dipasang kran. Selang plastik digunakan untuk memudahkan pendistribusian nutrisi, sedangkan kran difungsikan sebagai pembuka dan penutup aliran nutrisi. Terakhir, yaitu memasukkan rangkaian pompa air dengan selang plastik.
Tanaman sawi merupakan salah satu jenis tanaman sayur yang saat ini banyak dikembangkan dengan sistem hidroponik. Hal ini karena selain perawatannya yang mudah, permintaan pasar akan tanaman sawi juga cukup tinggi. Sebagai tanaman sayur, sawi biasanya banyak dimanfaatkan dalam berbagai olahan makanan seperti tumis, mie ayam, bakso, sup, capcay, dll. Tanaman sawi sendiri sebenarnya ada bermacam-macam jenisnya. Ada sawi hijau (Brassica juncea) atau sering disebut juga dengan sawi bakso; caisim; atau caisin, sawi putih (Brassica rapa) atau disebut juga dengan petsai, dan sawi sendok (pokcay). Berdasarkan jenis-jenis sawi tersebut, jenis sawi yang biasa dibudidayakan adalah sawi hijau (Caisim). Semua jenis sawi tersebut dapat dibudidayakan dengan sistem hidroponik. Namun, pada umumnya jenis sawi yang banyak dikembangkan adalah jenis sawi hijau (caisim) dan sawi sendok (pokcay). Sawi tersebut ditanam menggunakan sistem sumbu karena sistem ini merupakan sistem hidroponik yang paling sederhana dan mudah dilakukan. Terutama bagi ibu rumah tangga atau yang baru akan memulai menanam dengan sistem hidroponik.
Bayam yang ditanam secara hidroponik terdiri dari dua jenis, yakni bayam berdaun hijau dan berdaun merah. Bibit bayam relatif mudah berkecambah di lingkungan yang lembap. Dalam dua hingga tiga hari setelah semai, benih yang bagus akan mulai mengeluarkan tunas dan sekitar seminggu kemudian, bibit dapat dipindahkan ke talang produksi. Umur panen bayam hidroponik berkisar antara 20-25 hari dari pembenihan. Ciri-ciri daun siap dipanen adalah daunnya merekah sempurna dengan panjang daun dewasa 10-15 cm, tergantung jenis bayamnya.
Selain sawi dan bayam, selada juga dapat digunakan sebagai tanaman hidroponik. Jenis selada yang banyak dibudidayakan, antara lain selada daun longgar, selada kepala renyah, dan selada romaine. Salah satu jenis selada daun longgar adalah selada keriting. Pada umumnya, pertumbuhan selada dewasa mencapai 65-130 hari setelah tanam. Namun, selada yang dipanen hingga setua itu biasanya mempunyai rasa pahit dan tidak laku dijual. Oleh karena itu, idealnya dipanen ketika usia selada masih relatif muda. Pembiaran tanaman hingga dewasa hanya dilakukan untuk mendapatkan benih. Umur panen selada berkisar antara 30-40 hari dari pembenihan. Ciri-ciri tanaman siap dipanen adalah ketika daun dewasanya berwarna hijau cerah, lebar, dan bergelombang. Sama seperti selada keriting hijau, ada pula jenis selada keriting merah yang termasuk jenis selada daun longgar. Bedanya, ketika sudah siap panen, daun selada keriting merah akan menunjukkan bagian tepi warna merah yang lebih nyata ketimbang bagian dalamnya atau yang dekat dengan batang.
Kangkung terdiri dari dua jenis, yakni kangkung darat dan kangkung air. Namun, jenis yang ditanam secara hidroponik adalah kangkung darat. Lama pembibitan kangkung kurang lebih selama 7 hari. Setelah itu, kita bisa memindahkan bibitnya ke tempat pembesaran atau produksi. Jika ditanam pada media kerikil, benih bisa langsung ditebar, sehingga tidak perlu dipindahkan. Namun, penyebarannya harus merata dan teratur agar tidak terbuang percuma. Umur panen kangkung darat yang ditanam dengan cara hidroponik antara 20-25 hari dari waktu pembenihan. Ciri-ciri kangkung siap dipanen adalah jika daunnya sudah berwarna hijau tua dan melebar terbuka membentuk segitiga.
Seiring bertambahnya jumlah penduduk, jumlah sampah yang ada di dunia juga semakin meningkat terutama sampah plastik. Peningkatan ini semakin diperparah dengan adanya pandemi Covid-19. Hal ini dikarenakan saat pandemi Covid-19 jumlah kegiatan belanja online juga semakin banyak. Dampak sampah plastik ke lingkungan, yaitu terjadinya pencemaran tanah. Kondisi pangan selama pandemi Covid-19 mengalami penurunan karena adanya PSBB. Salah satu upaya mengurangi sampah plastik adalah mendaur ulang botol plastik bekas menjadi wadah untuk penanaman dengan metode hidroponik. Jenis-jenis metode hidroponik, yaitu Wick System, Ebb and Flow, dan Nutrient Film Technique (NFT). Tahapan pembuatan hidroponik antara lain pembuatan instalasi hidroponik, pembuatan larutan nutrisi, dan persiapan tanaman yang akan ditanam. Jenis tanaman yang dapat dijadikan hidroponik yaitu sawi, bayam, selada, dan kangkung.
DAFTAR PUSTAKA
BPS. 2020. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I-2020. Berita Resmi Statistik. No. 39/05/Th. XXIII, 5 Mei 2020. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
BPTP. 2018. Petunjuk Teknis Budidaya Sayuran Hidroponik Bertanam Tanpa Media Tanah. BPTP Riau, Kementerian Pertanian: Pekanbaru
Situmorang, H. D. 2021. 4,8 Juta Ton per Tahun Sampah Plastik di Indonesia Tidak Dikelola dengan Baik. https://www.beritasatu.com/nasional/792091/48-juta-ton-per-tahun-sampah-plastik-di-indonesia-tidak-dikelola-dengan-baik. Diakses pada tanggal 27 Agustus 2021 pukul 18.30 WIB.
Welianto, A. 2020. Karbohidrat: Penggolongan dan Sifatnya. https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/28/160000969/karbohidrat–penggolongan-dan-sifatnya?page=all. Diakses pada tanggal 27 Agustus 2021 18.30 WIB.
Faqir, A. A. 2021. LIPI: Jumlah Sampah Plastik Melonjak selama Pandemi Covid-19. https://www.liputan6.com/bisnis/read/4454386/lipi-jumlah-sampah-plastik-melonjak-selama-pandemi-covid-19. Diakses pada tanggal 27 Agustus 2021 18.30 WIB.
Monikasari, I. N. S. 2020. Hidroponik: Menanam Tanpa Tanah. Media Karya Putra: Sukoharjo.
Nasution, R. S. 2015. Berbagai Cara Penanggulangan Limbah Plastik. Elkawnie: Journal of Islamic Science and Technology 1 (1): 97-104.
Purwaningrum, P. 2016. Upaya mengurangi timbulan sampah plastik di lingkungan. Indonesian Journal of Urban and Environmental Technology. 8 (2) : 141-147.
Tallei, T. E, Rumengan, I. F. M., dan Ahmad A. Adam. 2017. Hidroponik untuk Pemula. LPPM Unsrat: Manado.
Waruwu, H. 2007. Pengelolaan Sampah. Didaktik: Jurnal Ilmiah Pendidikan, Humaniora, Sains, dan Pembelajarannya. 1 (2): 159-167.