
Penangkapan Ikan dengan Pancing Tonda
Penangkapan ikan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mendapatkan ikan di perairan. Penangkapan ikan dapat dilakukan menggunakan berbagai jenis alat tangkap yang disesuaikan dengan jenis, sifat dan tingkah laku ikan sasaran. Salah satu alat tangkap yang sering digunakan pada umumnya, yaitu pancing. Seperti pancing tonda yang merupakan salah salah satu alat tangkap уаng umum dikenal dan digunakan оlеh masyarakat ramai terlebih pada kalangan nelayan.
Prinsipnya, pancing tonda terdiri dаrі dua komponen utama уаіtu tali dan mata pancing. Menurut Subani dan Barus (1989), pada prinsipnya pancing tonda terdiri atas seutas tali panjang, mata pancing dan pemberat. Pancing yang ditarik umumnya dikenal dengan nama pancing tonda atau troll line.
Pancing tonda adalah pancing yang diberi tali panjang dan ditarik oleh perahu atau kapal. Cara penangkapannya yaitu dеngаn menarik atau menonda pancing tеrѕеbut baik dеngаn perahu layar maupun dеngаn kapal motor secara horizontal menelusuri perairan. Pancing ini diberi umpan ikan segar atau buatan yang karena pengaruh tarikan bergerak di dalam air sehingga merangsang ikan untuk menyambarnya.
- Pancing Tonda di Berbagai Daerah
Pancing tonda ini bukanlah hal yang baru bagi nelayan di Indonesia. Alat tangkap ini adalah alat penangkapan ikan yang populer di kalangan nelayan, karena harganya relatif murah dan pengoperasiannya mudah, untuk menangkap ikan di dekat permukaan perairan. Menurut Subani dan Barus (1989), pancing tonda memiliki nama daerah yang beragam, diantaranya pancing irid atau klewer (Jawa), pancing kaladalam atau kabalancam (Sepulu – Madura), pancing lohmoloh atau palanggungan atau lemading (Pegagan – Madura), pancing pengenser (Bawean), lor bebe (Penarukan – Jawa Timur), pancing pengambes (Puger – Jawa Timur), pancing pemalesan (Bali), dan kakahu atau sela (Ambon – Maluku Selatan).
- Konstruksi Pancing Tonda
Pancing tonda merupakan alat tangkap yang cukup sederhana dan tersusun dari berbagai komponen – komponen penting. Menurut Handriana (2007), alat tangkap ini terdiri atas line atau tali panjang, mata pancing, penggulung tali, dan pemberat (biasanya sekalian umpan buatan). Tali pancing terbuat dari bahan polyamide (PA) monofilament nomer 60 dan panjang 40 meter per unit. Mata pancing ukuran nomer 7 atau nomer 8 terbuat dari bahan besi sebanyak tiga buah yang diikat menjadi satu dengan memakai tipe simpul double sheet band. Penggulung tali terbuat dari bahan plastik atau kayu.
Dalam pembuatan alat penangkapan ikan baik alat tangkap dengan tali sebagai bahan utama pembuatannya, maupun tali sebagai kelengkapan pembuatan alat tangkap, sangat dibutuhkan ketrampilan membuat macam macam simpul maupun menganyam (splicing). Simpul bendera ganda (double sheet band) digunakan untuk mengikat ujung tali pada simpul jaring untuk menyambung branch line.
Tali pancing biasanya terbuat dari benang katun, nylon, polyethylen dan lain-lain. Mata pancing dibuat dari kawat baja, kuningan atau bahan lain yang anti karat. Umumnya mata pancing tersebut berkait balik, namun ada juga yang dibuat tanpa kait balik. Jumlah mata pancing yang terdapat pada setiap perangkat pancing bisa tunggal atau ganda, tergantung jenis pancingnya. Ukuran mata pancing umumnya bervariasi dan disesuaikan dengan ukuran ikan sasaran (Subani dan Barus, 1989).
Mata kail yang berkilat, lembaran kain putih, lempengan timah atau bahan sendok yang berkilat merupakan umpan yang efektif. Umpan buatan dan mata pancing yang dicelup atau dilapisi dengan pelapis yang berpendar dapat pula dipakai untuk memikat ikan. Hal tersebut dimaksudkan bahwa ikan dipikat berdasarkan bentuk, gerak, warna dan terutama refleksi cahaya (Gunarso, 1985).
Pemasangan bagian-bagian pancing dimulai dengan mengikat tiga buah pancing yang berukuran sama menjadi satu, kemudian tali pancing dimasukkan pada umpan buatan dari benang. Setelah itu pancing diikatkan ke mata pancing sehingga satu unit pancing tonda siap dioperasikan. Menurut Handriana (2007), jenis ikan yang menjadi target utama penangkapan dengan pancing tonda adalah jenis ikan pelagis yang bernilai ekonomis tinggi, seperti tuna dan cakalang. Oleh karena itu, kedalaman mata pancing tonda disesuaikan dengan swimming layer dari ikan yang menjadi target penangkapan.
- Umpan
Penggunaan umpan alami pada pancing tonda jarang digunakan. Hal ini karena sifat umpan alami yang mudah lepas dan mudah rusak oleh gerakan air selama operasi penangkapan ikan berlangsung. Jenis umpan yang digunakan adalah umpan buatan yaitu jenis ikan layang, kembung, bandeng, belanak, lemuru dan tembang.
Umpan buatan yang digunakan banyak berasal dari bulu ayam yang halus, yaitu bulu yang terdapat pada dibagian leher dan ujung ekor saja. Bulu ayam yang digunakan biasanya berwarna putih. Selain umpan buatan dari bulu ayam, juga ada yang terbuat dari tali rafiah dan bahan plastik. Menurut Subani dan Barus (1989), pada umumnya umpan yang digunakan pancing tonda adalah umpan buatan atau umpan tiruan. Umpan tiruan tersebut banyak terbuat dari bulu ayam yang halus (chicken feathers), bulu domba (sheep wools), bahan dari plastik berbentuk miniatur menyerupai bentuk aslinya seperti cumi-cumi dan ikan.
- Alat Bantu Pancing Tonda
Penangkapan ikan dengan pancing tonda biasanya dilakukan menggunakan bantuan rumpon untuk membantu mengumpulkan ikan sehingga nantinya akan lebih mudah untuk ditangkap.
Definisi rumpon menurut Keputusan Menteri Nomor : KEP.30/MEN/2004 tanggal 24 Juli 2004 tentang Pemasangan dan Pemanfaatan Rumpon adalah alat bantu penangkapan ikan yang dipasang dan ditempatkan di perairan laut. Penggunaan dan penelitian rumpon untuk memikat ikan sudah dimulai sejak tahun 1900-an.
Rumpon biasanya dijadikan alat bantu penangkapan karena alat ini hanya dijadikan sebagai tambahan yang digunakan sabagai pengumpul ikan pada suatu tempat alat titik untuk kemudian dilakukan operasi penangkapan berdasarkan alat tangkap yang dikehendaki.
- Daerah Penangkapan Ikan dengan Pancing Tonda
Penangkapan ikan biasanya dilakukan pada daerah – daerah dimana ikan bergerombol. Nelayan yang menggunakan pancing tonda biasanya menangkap ikan agak jauh ke tengah laut. Menurut Subani dan Barus (1989), pancing tonda lapisan perairan atas hampir terdapat dimana-mana, untuk tonda lapisan dalam terutama di sekitar Selat Alas, Muna – Buton dan beberapa daerah perikanan Indonesia Timur. Sedangkan untuk lapisan permukaan dasar banyak digunakan di daerah Jawa Tengah.
Menurut Handriana (2007), daerah penangkapan ikan dengan menggunakan pancing tonda merupakan daerah dimana oprasi penangkapan ikan berlangsung yang diduga tempat ikan-ikan bergerombol, biasanya daerah yang menjadi sasaran tangkapan adalah daerah dimana terdapat ikan tuna yaitu pertemuan antara 2 arus yang terjadi, tempat terjadinya upwelling, konvergensi, dan divergensi yang merupakan daearh berkumpulnya plankton, perairan yang memiliki salinitas 34%, temperatur optimum berkisar anatar 15oC – 30oC, dan di daerah tempat ikan-ikan pelagis. Pancing tonda dioprasikan dibeberapa daerah seperti India, Pelabuhan Ratu, Teluk Lampung, Banda Aceh dan lain-lain.
- Jenis – Jenis Tangkapan Pancing Tonda
Pancing tonda (troll line) biasanya digunakan untuk menangkap ikan – ikan pelagis yang hidup di dekat permukaan. Secara umum hasil tangkapan utama pancing tonda adalah ikan pelagis besar yang bernilai ekonomis tinggi, seperti tuna dan cakalang yang sering bergerombol. Menurut Gunarso (1985), pancing tonda adalah alat penangkapan ikan yang dioperasikan secara aktif dengan cara ditarik oleh perahu motor atau kapal kecil. Pancing tonda merupakan alat tangkap tradisional yang bertujuan untuk menangkap jenis ikan pelagis besar seperti tuna, cakalang dan tongkol yang biasa hidup di dekat permukaan dan mempunyai nilai ekonomis tinggi dengan kualitas daging yang tinggi.
- Pengoperasian Pancing Tonda
Pancing tonda dioperasikan dengan cara ditarik secara horizontal oleh perahu atau kapal yang bergerak di depan gerombolan ikan sasaran. Pancing diberi umpan segar atau umpan buatan. Umpan buatan dapat bergerak seperti ikan asli, karena adanya pengaruh tarikan dari kapal.
Penangkapan pancing tonda biasanya dilakukan pada waktu pagi sampai sore hari. Kegiatan ini meliputi persiapan, pencarian daerah penangkapan (fishing ground), dan operasi pemancingan. Penangkapan dengan pancing tonda dilakukan dengan cara menduga-duga dengan berlayar kesana-kesini (manuver), bisa juga terlebih dahulu mencari kawanan ikan (Subani dan Barus, 1989)
Pengoperasian pancing tonda dimulai dengan persiapan terlebih dahulu. Tahap persiapan terbagi menjadi dua bagian yaitu persiapan di darat dan persiapan di laut. Persiapan di darat meliputi pengisian dan pengecekan bahan bakar, pengecekan mesin dan perahu, alat tangkap dan pengecekan alat bantu penangkapan dan lain-lain. Persiapan di laut meliputi pengaturan tali pancing dan gulungan pada posisi yang telah ditentukan (Handriana, 2007).
Kegiatan penangkapan diawali dengan scouting atau pencarian gerombolan ikan dengan melihat tanda-tanda keberadaannya seperti warna perairan, lompatan ikan cakalang, dan buih di perairan. Pengoperasian pancing tonda dimulai dari pagi hari hingga sore tergantung situasi dan kondisi alam yaitu pukul 05.00 – 17.00 yang diduga pada saat itu adalah saat dimana ikan cakalang dan tuna bermigrasi untuk mancari makan.
Pengoperasiannya dengan pemasangan alat tangkap (setting) yaitu mengulur alat tangkap perlahan-lahan ke perairan dan mengikat ujung tali pada salah satu ujung kanan atau kiri perahu dengan jarak tertentu. Setelah setting berakhir tali pancing yang telah direntangkan disisi kanan dan kiri perahu ditarik terus menerus menyusuri daerah penangkapan dengan kecepatan konstan 2 – 4 knot dengan tujuan umpan buatan yang dipakai bergerak-gerak seperti mangsa. Untuk membuat umpan lebih aktif melayang di perairan, perahu dapat dijalankan dengan arah zig – zag. Pada saat salah satu umpan dimakan ikan, pemancing langsung memberitahu juru mudi atau nahkoda unutk menaikkan kecepatan perahu. Pada saat inilah penarikan tali pancing bisa dimulai. Salah satu ABK akan menarik pancing tersebut dan menggulung tali pancing pada penggulung. Setelah ikan diangkat ke atas perahu, maka pancing segera dilepas dari ikan dan pancing tersebut diulurkan kembali ke perairan. Langkah selanjutnya seperti pada saat setting telah berakhir dan begitu seterusnya sampai mendapatkan ikan kembali (Handriana, 2007)
Jumlah nelayan yang diperlukan untuk pengoperasian alat tangkap ini tergantung dari besar kecilnya kapal atau perahu yang digunakan. Menurut (Gunarso, 1985), untuk perahu berukuran kecil biasanya digunakan tenaga nelayan sebanyak 4 – 6 orang dengan satu orang sebagai nahkoda yang merangkap menjadi fishing master, satu orang menjadi juru mesin, 2 – 4 orang ABK (Anak Buah Kapal) yang masing-masing mengoperasikan satu atau lebih pancing tonda sekaligus.
- Kelebihan dan Kekurangan Pancing Tonda
Setiap alat penangkapan tentu memiliki kelebihan dan kekurangan masing – masing dalam penggunaanya. Begitu pula pancing tonda. Berikut adalah beberapa kelebihan dan kekurangan dari penggunaan pancing tonda sebagai alat tangkap.
Menurut Ayodhyoa (1984) pancing tonda dikelompokan ke dalam alat tangkap pancing dengan beberapa kelebihan yaitu:
- Metode pengoperasian relatif sederhana
- Modal yang diperlukan lebih sedikit
- Dapat menggunakan umpan buatan
- Syarat-syarat fishing ground relatif lebih sedikit dan dapat bebas memilih
- Ikan yang tertangkap seekor demi seekor, sehingga kesegarannya dapat terjamin.
Sedangkan kekurangan dari alat pancing tonda adalah
- Jumlah hasil tangkapan lebih sedikit dibandingkan alat tangkap yang lain.
- Keahlian perseorangan sangatlah berpengaruh pada penentuan tempat, waktu dan syarat-syarat lain.
Kesimpulan dan Saran
- Kesimpulan
Pancing tonda merupakan alat penangkapan ikan yang populer di kalangan nelayan karena harganya yang relatif murah dan pengoperasiannya yang mudah untuk menangkap ikan yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan hidup di dekat permukaan dеngаn cara menarik atau menonda pancing tеrѕеbut baik dеngаn perahu layar maupun dеngаn kapal motor secara horizontal menelusuri perairan di depan gerombolan ikan sasaran.
- Saran
Perlu adanya tenaga ahli yang memiliki keahlian dalam penentuan tempat, waktu, dan syarat – syarat lain yang dibutuhkan dalam proses penangkapan, karena keahlian dalam hal ini sangat menentukan hasil tangkapan menggunakan pancing tonda. Selain itu, penggunaan pancing tonda pada penangkapan ikan memiliki jumlah tangkapan yang lebih sedikit dibandingkan dengan penggunaan alat lainnya. Sehingga penggunaan alat lain juga perlu dilakukan supaya memperoleh hasil tangkapan yang lebih banyak.
Referensi
Ayodhyoa, A.U. 1981. Metode Penangkapan Ikan. Bogor. Yayasan Dewi Sri.
Gunarso, W. 1985. Tingkah Laku Ikan dalam Hubungannya dengan Alat, Metode, dan Taktik Penangkapan. Bogor. Institut Pertanian Bogor.
Handriana, Juliana. 2007. Pengoperasian Pancing Tonda pada Rumpon di Selatan Perairan Teluk Pelabuhan Ratu Sukabumi. Skripsi. Jawa Barat. IPB.
Keputusan Menteri Nomor : KEP.30/MEN/2004 tanggal 24 Juli 2004 tentang Pemasangan dan Pemanfaatan Rumpon.
Subani W dan Barus HR. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di Indonesia. Jurnal Penelitian Perikanan Laut. No. 50:152-153.